Minggu, 07 Maret 2010

TUHAN SETIA PADA JANJINYATUHAN SETIA PADA JANJINYA

TUHAN SETIA PADA JANJINYA

(Mazmur 77:1-21)

Penulis kitab Mazmur pada pasal 77 adalah Asaf. Ia adalah orang pilihan (1Tawarikh.6:31-39). Dari sekian banyak orang Israel pada waktu itu, Raja Daud memilih Asaf untuk melayani Tuhan dan menjadi orang “spesial” dari kebanyakan orang Lewi yang dipilih pada waktu itu, sehingga dia diangkat menjadi Kepala yang memimpin puji-pujian dan syukur di hadapan tabut Tuhan (1Tawarikh.16:1-5).Asaf adalah orang yang pernah mengalami lawatan Allah yang dahsyat, dengan kata lain bahwa Asaf mengalami Pengurapan dan Kemuliaan Tuhan (2Tawarikh.5:12-14). Tetapi Asaf akhirnya mengalami kekecewaan dan kelemahan dalam kehidupannya (Mazmur73). Namun ketika ia mengalami kekecewaan itu, ia menaikan permohonan doa sambil merenungkan kembali pertolongan demi pertolongan yang pernah Tuhan nyatakan dahulu.

“Marilah kita senantiasa merenungkan kasih setia Tuhan yang tak pernah berubah dan tak berkesudahan.”

1. Penyertaan Tuhan Tidak Berubah (ay. 1-16)

Asaf mengatakan bahwa Allah itu baik kepada orang yang tulus hati dan bersih hatinya. Sebagai pemazmur, Asaf mengenal Allah dengan baik, tetapi pada:

Ø ( ayat.2 ) →Asaf mulai merasakan beberapa hal yang membuat dia sakit.

Ø ( ayat.3-12 ) → Asaf mulai memiliki hati yang cemburu dan iri kepada orang-orang yang tidak menyembah Tuhan “sepertinya” hidup mereka enak dan senang.

Ø ( ayat.13-14 ) → Asaf mulai marah kepada Tuhan dengan mengatakan “sia-sia mempertahankan hati yang bersih”.

Ø ( ayat.15-16 ) → Asaf mulai malas dan putus asa untuk komunikasi kepada Tuhan.

Kita sering merasa sama seperti Asaf yang mengalami kekecewaan melihat kenyataan yang menunjukkan orang percaya terpuruk dengan berbagai persoalan sedangkan orang tidak percaya terlihat sangat diberkati. Inilah yang dialami Asaf. Asaf mengajukan beberapa pertanyaaan ada beberapa pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan, yang sepertinya mulai "menyangsikan" campur tangan Tuhan. "Untuk selamanyakah Tuhan menolak dan tidak kembali bermurah hati lagi? Sudah lenyapkah untuk seterusnya kasih setiaNya, telah berakhirkah janji itu berlaku turun-temurun? Sudah lupakah Allah menaruh kasihan, atau ditutupNyakah rahmatNya karena murkaNya?" Dan satu lagi yang cukup "tajam", dia katakan "Inilah yang menikam hatiku, bahwa tangan kanan Yang Maha tinggi berubah."

Keraguan yang dialami Asaf ketika menanti pertolongan Tuhan berubah menjadi suatu pengharapan ketika ia berusaha merenungkan kebaikan Tuhan di mana penyertaan Tuhan sesungguhnya tidak pernah berubah.

2. Kasih Setia Tuhan Telah Terbukti dan Terus Berlangsung

Kita menyangka bahwa di bagian akhir Mazmur itu, sebagaimana yang biasanya ada pada Mazmur-Mazmur Daud, akan disebutkan tentang pertolongan Tuhan. Namun tidak demikian dalam Mazmr Asaf. Yang ditemukan hanyalah cerita tentang keperkasaan Tuhan (yang dulu pernah dialami, atau mungkin sekedar pernah didengar oleh Asaf). Mazmur 78 dengan panjang lebar menguraikan pelajaran yang bisa diambil dari sejarah tentang campur tangan Allah, tapi tetap saja mazmur itu di akhir dengan doa, permohonan akan campur tangan Allah sekarang -- yang menandakan bahwa Asaf belum menemukan pertolongan itu. Saat kita meneliti (singkat) mazmur-mazmur tulisan Asaf yang lain, hampir seluruhnya memang pada intinya merupakan doa memohon pemulihan dari Allah. Namun, ayat 17-28 merupakan jawaban yang diperoleh Asaf dari pergumulannya itu. Jawaban inilah yang menguatkan hatinya, yaitu:

Ø ( ayat.17 ) → Asaf mulai melihat masalah dan memandang segala sesuatunya dari sudut pandang Allah.

Ø ( ayat.18-23 ) → Asaf mulai mengerti keadaan sekelilingnya dan mengatakan bahwa ia lebih dari semua orang fasik karena dia memiliki Allah.

Ø ( ayat.24 ) → Asaf menyadari bahwa Allah telah menuntun dan mengangkat dia ke dalam kemuliaan.

Ø ( ayat.25-28 ) → Asaf tidak lagi merasa cemburu kepada orang-orang fasik tetapi dia mengarahkan matanya ke sorga.

Ada 4 tokoh Alkitab yang disebutkan oleh Asaf untuk mengenang bagaimana Tuhan telah menyatakan kasih setia-Nya kepada mereka. Tuhan telah berjanji untuk menyertai umat-Nya dan ini telah dimulai sejak masa semula kepada nenek moyang Israel yaitu Yakub, Yusuf dan Musa serta Harun. Mereka telah mengalami bagaimana Tuhan meyertai mereka secara luar biasa. Masa-masa tersulit sekalipun telah terlewati sebagai bukti bahwa Tuhan tetap setia kepada janji-Nya. Inilah yang menjadi pegangan Asaf. Jikalau dahulu Tuhan pernah menyatakan kemurahan hati-Nya, maka kebaikan itu akan terus terjadi!

Kita akan menjadi warga Kerajaan Allah yang kuat jika kita dapat mengatakan bahwa Allah itu baik dalam setiap keadaan yang menimpa kita. Memang ada kalanya keadaan di sekeliling kita tidak berubah, tetapi belajar seperti Asaf yang telah mendapatkan jawabannya. Dia tidak lagi melihat kepada hal-hal yang sementara tetapi dia mulai melihat kepada hal-hal yang kekal. Ingatlah! Seringkali kita berdoa supaya Tuhan mengubah keadaan yang kita hadapi tetapi Tuhan tidak mengubah keadaan yang kita hadapi, melainkan Tuhan mau mengubah hati dan pikiran kita terlebih dahulu untuk kita menjadi siap menghadapi segala keadaan dan tantangan dalam hidup ini. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar