Jumat, 26 Maret 2010

Undangan bagi Orang yang Berbeban Berat























Undangan bagi Orang yang Berbeban Berat


Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu…” Demikian undangan Yesus dalam Matius 11: 28-30. Undangan yang luar biasa, simpatik, dan pasti menjadi impian setiap orang. Undangan Yesus ini jelas beda dengan undangan kita, karena ditujukan kepada orang-orang yang punya masalah. Sementara yang kita undang biasanya orang yang tidak berbeban berat, yang dinilai layak memberikan nilai bagi pengundang.
Mari kita pikirkan. Siapa yang mengundang? Yesus Sang Juru Selamat. Siapa yang diundang? Mereka yang letih, lesu, berbeban berat, tertimpa berbagai kesulitan, dan ingin mengalami kelepasan dan kelegaan. Apa syarat undangan-nya? Sederhana saja, yakni mau percaya kepada Sang Pengun-dang, dan percaya bahwa Sang Pengundang mampu mengaktuali-sasi undangannya. Jika undangan ini datang dari orang yang hanya mengambil keuntungan, yang kita dapat adalah kekecewaan. Tetapi menjadi berbeda ketika undangan itu dari Yesus Kristus, yang tak mengambil untung, bahkan “rugi”, karena Dia harus mengorbankan diri, disalibkan, memberikan nyawa-Nya untuk orang yang diundang-Nya. Secara hitungan manusia Dia rugi, tetapi cinta kasih-Nya membuat itu semua bisa terjadi.

Cinta kasih yang luar biasa.

Mari kita berhenti sejenak untuk merenung: Sudah berapa pan-jang langkah kita untuk melewati hari-hari untuk menemukan ketenangan? Sudah berapa variasi atau usaha yang kita kerjakan untuk menuai damai sejahtera atau kebahagiaan? Mungkin kita mencoba meraihnya dengan banyak cara, termasuk “usaha keagamaan”. Tetapi secara jujur kita harus berkata bahwa kita tidak pernah menemukan ketenangan. Kita tidak pernah mene-mukan kelegaan karena yang ada justru hanya beban, pindah dari satu beban ke beban lain. Kita terjebak, tampak sangat agamawi, seperti mengalami ketenangan kepuasan dan kelegaan, tetapi dalam batin yang paling dalam kita letih, lesu, menanggung beban berat. Jangan memperpanjang persoalan hidup, jangan menambah beban, entah karena sakit, kesulitan, entah karena pekerjaan, masalah keluarga atau apa pun. Belajar untuk datang kepada Tuhan. Mungkin kau merasa sudah lama berdoa. Entah sudah berapa pendeta yang menumpangkan tangan di atas kepalamu. Entah sudah berapa banyak khotbah yang kau dengar, dari yang biasa-biasa sampai yang menjanjikan kasih karunia, tetapi kau tetap letih lesu dan berbeban berat. Tentu saja kau letih lesu dan berbeban berat karena sejatinya kau tak pernah mencari Dia, Sang Juru Selamat. Kau hanya mau yang enak dari Dia, dari karya-Nya, tetapi kau tidak pernah mencari Tuhan yang sejati itu.

Kelepasan itu tidak tergantung pada pendeta, pengkhotbah. Mereka cuma alat. Belajarlah dari ayat 29: “Pikullah kuk yang dipasang-Nya...” Apa itu kuk? Kuk adalah kayu lengkung yang ditaruh di leher sapi atau kerbau, untuk menarik bajak atau gerobak. Ketika Dia berkata, “Pikullah kuk yang Ku-pasang, belajarlah daripada-Ku…”, artinya kita belajar apa yang menjadi kehendak-Nya, dan menaatinya. Dan jangan lupa, kuk itu menempel pada diri kita. Jadi, kita tak boleh melepasnya. Bukankah kuk yang Dia pasang itu suatu beban, menggandoli, padahal kita membutuhkan kelegaan, kelepasan, ketenangan? Tetapi dengarlah yang Dia katakan, “Pikullah kuk yang Kupasang, belajar pada-Ku karena Aku lemah lembut dan rendah hati”. Dia bukan diktator yang membebani kita, yang menambah kepahitan. Dia lemah lembut dan rendah hati. Oleh karena itulah jiwamu mendapat ketenangan ketika bersama Dia, melaksanakan kehendak-Nya. Jiwa kita tenang justru ketika memikul kuk itu, karena kuk yang dipasang-Nya itu enak, dan beban yang ditaruh itu ringan. Apa artinya? Kuk itu sebenarnya melukiskan ketetapan-ketetapan firman hidup itu. Itu tidak membuat kita menjadi sakit. Karena itulah yang akan membe-baskan kita dari berbagai problem. Kuk itulah firman yang ditanam di dalam hatimu. Kuk itu membebani tetapi bukan untuk mematikan, tetapi memberi kelegaan, kenik-matan yang luar bia-sa. Karena firman yang hidup itu me-nolongmu untuk lepas dari persoalan.

Kebebasan yang sejati
Banyak remaja, di tengah pencarian identitas beranggapan bahwa ikut Tuhan itu tidak enak, tidak bebas, banyak aturannya. Ini jelas salah, sebab justru kalau kau tidak belajar firman maka kau tidak bebas. Sebaliknya, kalau kau belajar dan mengikutinya, justru kau bebas. Mengertikah kau arti “bebas”? Mana ada kebebasan yang sejati. Bebas karena tidak ikut firman Tuhan, bagaimana mungkin? Karena ketika kau tidak ikut firman, maka kau akan melakukan kehendak setan. Mungkin dengan gagah perkasa kau membunuh orang. Ujungnya, penyesalan. Mungkin kau mabuk tertawa-tawa, tetapi akhirnya menyesal. Karena apa? Karena sejatinya kau tidak bebas. Kau justru diperangkap oleh keinginan bejat. Tetapi dengan Tuhan, kau tidak akan menjadi pemabuk atau penjahat. Bersama Tuhan, kau tidak akan melakukan hal-hal yang menghancurkan masa depan. Justru dengan Tuhan dalam firman-Nya, kau menemukan kemerdekaan, masa depan gemilang.
Karena itu, datanglah kepada Dia. Berseru dan minta tolong pada-Nya. Tetapi jangan dalam kemunafikan, melainkan dalam kejujuran. Belajarlah mengakui kebebalanmu selama ini karena merasa bisa hidup dengan kemampuanmu, atau metode keagamaanmu. Minta ampun atas kebodohanmu karena selama ini kau justru mempercayakan dirimu kepada orang yang membawa-bawa nama Juru Selamat, mencatut dan memperjualbelikannya untuk keuntungan diri sendiri.
Tuhan mengasihimu. Dan kalau kasih itu sampai dalam batinmu mana mungkin tak ada kesukaan dalam batinmu. Karena itu, jika Saudara punya beban berat, letih dan lesu, datang pada firman hidup, bergaul dengannya. Bukan karena membaca 2-3 ayat maka penyakitmu sembuh, atau rejekimu bertambah. Ayat itu bukan mantera. Tetapi semakin dalam kau merenungkannya, semakin dalam kau mengenal Dia, semakin kuat akar pemahamanmu akan Dia, makin bahagialah hidupmu, makin legalah jiwamu.
Selamat menerima undangan, selamat menghadiri perjamuan kemenangan Yesus Kristus Tuhan, sekarang dan nanti, di sini dan di kekekalan.

Amen.

Kasih Harus Dibuktikan dengan Tindakan

Kasih Harus Dibuktikan dengan Tindakan


kasih-dan-cinta-lillahi-taala.jpg
KASIH harus dibuktikan dengan tindakan dan perbuatan, bukan sekadar diucapkan. Tapi gereja masa kini terjebak pada perangkap ini karena kita suka sekali memakai kata “kasih” itu seperti topeng, bukan kesejatian. Kasih yang sejati selalu memberikan satu inspirasi untuk orang bertindak di dalam hidupnya sehingga melahirkan tindakan-tindakan yang luar biasa. Kasih yang murni, tidak ada permainan sandiwara, itulah yang dituntut Tuhan untuk kita kerjakan. Dan itu menjadi sebuah keharusan. Kita bisa saja sepertinya mengasihi orang tetapi hati kita tidak. Jika begini, betapa jahatnya kita.

Kejujuran, keterusterangan, adalah sesuatu yang sangat menyakitkan, tetapi menyenang-kan bagi orang yang memiliki kebenaran, dan hidup dalam kebenaran. Hidup seperti itulah yang harus kita demonstrasikan. Dengan demikianlah kita bisa saling mengasihi sebagai saudara. Di situlah suasana dalam satu komuni-tas menjadi hidup karena saling mengisi dan saling menggairahkan, bukan lagi dipengaruhi faktor-faktor emosi, tetapi ikatan cinta-kasih. Itu mimpi dan kerinduan kita. Kita harus mendemonstrasikan bagaimana ikatan cinta kasih itu terbentuk antarkita, sehingga biarpun jumlah kita minoritas, tapi bermakna. Jangan malah sebaliknya, sudah kecil tapi ribut

melulu. Boleh saja kita kecil dari segi jumlah, tetapi di surga dipuji Tuhan karena penuh cita kasih.
Hidup dalam kebersamaan, menjadi satu keluarga di mana semua orang mengambil bagian, tahu tugas dan tanggung jawab di dalam keluarga itu. Apa bagianmu kerjakan, sehingga dengan demikian kasih punya tempat untuk bertumbuh bersama-sama. Tetapi ketika kita mencipta-kan berbagai kepin-cangan, yang bukan bagianmu kamu kerja-kan, yang bagianmu tidak kamu kerjakan, maka timbul ben-trokan, maka kita membunuh cinta kasih itu di dalam kehidupan. Ini penting kita pikir-kan, dan itulah yang akan menggelorakan kita, mem-buat kita menjadi rajin. Orang tidak mungkin tidak rajin kalau dia punya cinta kasih. Karena kasih, seorang ibu rela membanting tulang untuk anak-anaknya. Demi kasih, orang memiliki keberanian. Dalam peristiwa kebakaran, seorang ibu menerobos api, untuk menyelamatkan bayinya. Dia bisa mati tetapi tidak peduli dengan dirinya. Bagi dia jauh lebih terhormat mati demi bayinya atau mati berdua.
Lukisan-lukisan kasih itu memberikan kontribusi dan dampak di dalam kehidupan. Kasih mendorong kita bergairah untuk mau tahu banyak, menciptakan kerajinan-kerajinan yang terus menyala-nyala. Karena kasihlah apinya. Kasih adalah personal relationship kita dengan Tuhan. Kalau personal relationship ini tidak beres, kasih tidak menyala, akibatnya melayani pun kita kendor. Orang Kristen, jika ingat berkat Tuhan maka berapi-apilah dia melayani. Dia tidak akan berhitung, tapi akan melakukan apa saja, dan terus maju di dalam perjuangan untuk menyenangkan hati Tuhan. Kobaran itu harus terus menyala.
Rasul-rasul bekerja babak belur, masuk-keluar penjara tapi semangat mereka tidak pernah turun. Dari dalam penjara mereka masih menasihati orang di luar penjara. Begitu bergairah dan hebatnya, mereka terus maju dan tak pernah berhenti, bekerja menghadapi kesulitan kegetiran. Itulah gelora, ketika api cinta kasih itu menyala-nyala. Semakin mereka melayani orang karena cinta kasih, semakin mereka berkobar-kobar. Sampai-sampai Paulus mengucapkan kalimat: “Bagiku upah adalah ketika aku memberitakan Injil tanpa diupah”. Luar biasa. Kalau dipikir-pikir, bagaimana kita melakukan sesuatu tanpa imbalan, karena toh manusia bekerja selalu dengan pamrih. Nyaris kita tidak bisa terhindar dari pamrih, minimal kerja kita dihargai. Jika Rasul Paulus rela melayani Tuhan tanpa upah, itu karena keterikatan yang kuat pada surga, sehingga respon dia adalah karena kasih surga, dan pamrih dia adalah boleh menyenangkan Tuhan.
Pembaruan rohani
Dalam hidup ini, kalau ada persoalan yang sangat sulit, rasanya kesal sekali. Maunya sih jangan ada persoalan. Tapi kalau dipikir-pikir, mana mungkin hidup tidak ada persoalan? Persoalannya justru adalah bagaimana menghadapi dan melewati persoalan sehingga menjadi semacam tekanan yang menguji sejauh mana semangat kita melayani Tuhan. Sehingga ketika sedang sulit dan punya masalah pun kita tetap bersukacita. Bagaimana bisa? Karena ada pengharapan. Di atas bara persoalan kita bersukacita terhadap pengharapan. Kita maju karena ada pengharapan. Itu sebab kita mesti kuat melangkah, kalau tidak lilitan persoalan ini seperti lumpur hidup yang semakin kita bergerak, kita makin ditelan.
Satu kekhawatiran yang kita ijinkan menguasai diri kita, akan bertambah menjadi dua, tiga, dan akhirnya menenggelamkan. Mengabaikan dan melupakannya tidak bisa, karena akan semakin bertambah persoalan itu. Karena itu persoalan tidak bisa diselesaikan dengan ekstasi tetapi dengan katarsis. Katarsis itu semacam proses penyucian diri yang membawa pembaruan rohani, oleh kekuatan Tuhan sehingga kita sadar: “Oh Tuhan, engkaulah Tuhan dan juru selamatku, kekuatanku”.
Orang kadang-kadang bingung kalau menemukan Kristen sejati, yang sekalipun secara ekonomi susah, tetapi dalam menjalani hidup enteng-enteng saja. Hal itu karena dia memiliki kesukacitaan atas pengharapan, sehingga dia sabar dalam kesesakan. Dalam Alkitab tertulis: “Sabarlah menderita”. Karena itulah orang-orang Kristen berkobar, kuat dalam kesesakan, bertekun di dalam doa karena dia tahu Tuhan menolongnya. Maka cinta kasih tidak akan membuat kita menuntut pada Allah, tetapi cinta kasih membuat kita mengabdi pada Dia. Karena dia sudah mengasihi kita, maka kita akan mengabdi pada-Nya. Maka doa kita cuma satu: mampukan aku mengabdi pada-Mu. Dan pengabdian kita: siapa yang mencari kerajaan-Nya akan mendapat tambahannya. Itu janji Tuhan.
Jadi, mau sukses dan baik? Hidup saja sesuai kehendak Tuhan, jangan dibikin rumit-rumit. Bekal cinta kasih itu akan mendorong kita mencip-takan berbagai kemungkinan dan peluang

Hidup Bermakna Ketika Ada Kebenaran











Hidup Bermakna Ketika Ada Kebenaran

AMSAL 10:21

Dalam Amsal 10: 21 dikatakan: Bibir orang benar menggembalakan banyak orang, tetapi orang bodoh mati karena kurang akal budi. Sebelumnya, pada ayat 11 dikatakan: Mulut orang benar adalah sumber kehidupan, tetapi mulut orang fasik menyem-bunyikan kelaliman. Orang benar dan orang bodoh, merupakan perbandingan yang sangat luar biasa, ketika digambarkan akibat apa yang dihasilkan dari perbuatan mereka. Jika dikatakan “bibir orang benar menggembalakan banyak orang”, maka bibir orang benar identik dengan kebenaran itu, yang selalu menghasilkan kehidupan. Bibir orang benar mendatangkan kehi-dupan, karena orang mempunyai kehidupan akibat/atau karena kebenaran. Kebenaran mencip-takan ketenangan, pengharapan, sehingga kebenaran menghidup-kan hidup dan memberi makna, nilai, pada hidup itu. Kebenaran itu menjadi sesuatu yang luar biasa karena ia mengumpulkan orang banyak. Kebenaran memberikan kehi-dupan, maka kebenaran itu juga memberikan pengharapan. Kebe-naran yang memberikan peng-harapan, memberikan nilai-nilai yang tinggi dalam kehidupan. Hidup menjadi bermakna ketika ada kebenaran. Tetapi sebaliknya ketika tidak ada kebenaran, hidup tidak bermakna, karena di sana ada penipuan, kebencian, dan sifat-sifat jelek. Buat apa kita hidup seperti itu? Bukankah mimpi se-tiap kita hidup dalam ketenangan? Bukankah kita ingin hidup dalam kebahagiaan, pengharapan dan kepastian? Maka mimpi-mimpi itu hanya bisa diwujudkan jikalau ada kebenaran, dan kebenaran menjadi prinsip hidup kita. Lucunya kita, kita mau hidup bahagia, penuh pengharapan, tetapi tidak mau membangun kebenaran. Bagaimana kita mendapatkan kehidupan atau memberi nilai pada kehidupan itu? Tanpa kebenaran, hidup bukan lagi hidup. Tetapi hidup sudah kehilangan makna dan pengha-rapannya, sehingga orang pun tidak mau lama-lama hidup karena tiada kebenaran. Kepahitan kepedihan ditimbulkan oleh ketidakbenaran. Tetapi sebaliknya kebenaran memberi kehidupan, pengharapan. Kiranya itulah yang kita bangun dan pertahankan.

Kebenaran didatangkan dan diberikan oleh Tuhan. Segala kebenaran adalah kebenaran Tuhan. Common grace, secara umum Tuhan memberikan kebenaran kepada setiap orang, dalam pengertian memahami apa yang benar. Sekalipun secara keselamatan, Tuhan membe-rikannya kepada orang yang diperkenan-Nya. Itu ketetapan Tuhan. Kebenaran menjadi satu aturan, patron hidup yang harus kita nikmati dalam kehidupan, kita jalani bersama. Kebenaran itulah yang memberi kita rasa merdeka: merdeka dari rasa takut, merdeka dari rasa tertekan, dan berbagai perasaan yang mematikan ke-indahan kehidupan. Kebenaran penting dalam kehidupan, kebe-naran yang memberi warna luar biasa itu. Kebenaran itu memam-pukan kita melihat masa depan yang jauh di sana tetapi penuh kepastian dalam pengharapan. Oleh karena itulah kebenaran menjadi kerinduan. Tetapi kebenaran tidak cukup hanya menjadi kerinduan tetapi harus menjadi suatu aktualisasi dalam kehidupan percaya orang-orang Kristen, supaya menaruh pengha-rapannya kepada Sang Kebenaran itu. Maka kebenaran yang dinyatakan dalam diri-Nya harus diproklamasikan. Jangankan orang benar, ketika orang-orang berdosa pun belajar melakukan kebenaran, hidup menjadi lebih indah. Itu sebab humanis, di mana manusia sangat dihargai, seringkali menjadi semacam fotokopi dari kekris-tenan. Karena humanis, pada dirinya tidak salah di dalam semangat untuk menghargai sesama dan manusia. Kesalahan humanis adalah lepas dari hubungan vertikal dengan Tuhan, karena humanis hanya menyisakan hubungan horizontal dengan sesama. Tetapi alangkah naifnya, sedih, pahit kalau orang-orang Kristen berbicara tentang kehidupan tetapi hidupnya tidak baik dan tidak lebih dari orang-orang humanis yang tidak menerima dan tidak percaya pada Tuhan tetapi percaya pada kekuatan kemanusiaan.
Bukankah kita seharusnya mem-punyai kekuatan ekstra, hidup kita menjadi lebih benar dari orang-orang humanis karena kebenaran yang menghidupkan itu milik kita? Tuhan itu ada di hidup kita? Bisa diukur Oleh karena itu ukuran-ukuran kebenaran seperti ini harus bisa diukur dalam kehidupan setiap orang, artinya kelihatan, buahnya, maknanya, dst. Jika kebenaran itu menghidupi hidup maka kebenaran itu memberikan gairah, sehingga tidak ada persoalan yang tidak bisa diselesaikan dalam kebenaran. Tak ada tembok yang terlalu tinggi untuk diloncat. Tidak ada batu yang terlalu keras untuk dipecahkan. Kebenaran memungkinan semua itu terjadi dalam kehidupan. Per-musuhan bisa berakhir karena kebenaran sejati dikumandangkan. Gairah hidup akan semakin menguat ketika kebenaran sejati dide-monstrasikan dalam kehidupan. Karena itu kebenaran itu harus menjadi impian setiap kita,dambaan dan cita-cita tertinggi kita. Tetapi apa yang dihasilkan kebodohan? Kebodohan hanya mendatangkan malapetaka. Karena orang bodoh, dikatakan, mati karena kurang akal budi. Artinya orang bodoh memang bisa menciptakan malapetaka dalam hidupnya. Bagi orang bodoh, apa pun yang tidak menjadi persoalan, menjadi persoalan. Yang se-derhana menjadi rumit. Bukit rubuh karena dia. Apa pun yang dilakukan selalu mendatangkan masalah. Maka dia menciptakan kegelisahan, kepedihan, keko-songan dalam kehidupan. Sehingga orang bisa kehilangan gairah kehidupan itu karena kebodohan. Kebodohan bisa memakan korban, sehingga orang hidup tak lagi merasakan kehi-dupan. Karena kebodohan telah menciptakan kejengkelan yang tidak berkesudahan, bahkan berwujud menjadi kemarahan dan kerugian yang tak terhitung. Kebodohan selalu memakan korban di mana pun. Di kantor, kebodohan menjadi masalah, perusahaan yang seharusnya untung bisa jadi bangkrut. Di rumah kebodohan jadi masalah, karena suami-stri yang seharusnya saling mencintai bisa menjadi bodoh saling membenci. Karena itu, di tengah pergu-mulan antara benar dan bodoh ini, bagaimana kita memainkan kualitas kekristenan itu harus tampak nyata. Gereja yang bodoh hanya akan menciptakan perso-alan di tengah kehidupan ini. Gereja yang bodoh bisa mencip-takan malapetaka, tetapi gereja yang benar, bijak, akan mem-berikan kontribusi-kontribusi utuh dalam kehidupan.

"GBU"

Rabu, 10 Maret 2010

Takut Akan Tuhan













Ayat bacaan: Pengkotbah 12:13
"Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang."


Hampir semua orang memiliki ketakutan tersendiri kepada sesuatu hal. Misalnya ada yang takut akan ketinggian, takut naik pesawat, takut berada di keramaian, takut di dalam lift atau ruangan tertutup, atau takut akan serangga tertentu. Semua itu bisa begitu mengganggu sehingga banyak orang yang membutuhkan terapi untuk bisa mengatasi rasa takutnya. Disamping berbagai rasa takut tersebut, ada sebuah bentuk ketakutan lain yang sudah sering kita dengar dan sangat banyak terdapat dalam alkitab, yaitu takut akan Tuhan. Ini sebuah kata yang mungkin membuat reaksi negatif muncul dari sebagian orang. Tuhan itu penuh kasih, pemurah, lembut, mengapa harus ada kata takut kepadaNya? "Takut itu kan buat setan..kenapa kepada Tuhan juga kita harus ikut-ikutan takut?" kata seorang teman pada suatu kali. Banyak orang yang salah menafsirkan bentuk takut akan Tuhan ini. Tuhan memang penuh kasih, pemurah, lembut, baik, panjang sabar, setia dan sebagainya. Itu sungguh benar. Tapi itu bukan berarti kita bisa memanfaatkan itu dengan bertindak seenaknya tanpa batas. Takut akan Tuhan, itu merupakan pagar yang membuat kita bisa bersyukur secara maksimal terhadap segala kebaikan yang Tuhan curahkan bagi kita.

Takut akan Tuhan bukanlah bentuk yang negatif seperti berbagai rasa takut atau phobia yang saya sebutkan di awal renungan ini. Takut akan Tuhan bukanlah seperti itu. Takut akan Tuhan akan dengan sendirinya menjadi jelas jika kita mengenal siapa dan seperti apa Tuhan itu. Takut akan Tuhan berbicara mengenai kekuatan, kebesaran, kemuliaan, ororitas dan kekudusan Tuhan. Takut akan Tuhan itu positif, menggambarkan sebuah bentuk ketakutan yang sehat. Menerapkan takut akan Tuhan berarti kita menghormati Tuhan, patuh dan taat kepada perintahNya, tunduk secara total, berpegang kepadaNya dan percaya penuh kepadaNya. Mengenali Tuhan sebagai Allah yang absolut, dan memuliakanNya dengan segala yang kita lakukan. Takut akan Tuhan bukan berarti karena kita takut masuk neraka, takut dihukum karena berdosa, tapi karena kita takut mengecewakan Tuhan. Takut akan Tuhan akan membawa kita terus semakin dekat pada Tuhan, dan bukan sebaliknya menjauh dariNya.

Salomo mengingatkan "Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian." (Amsal 9:10). Takut akan Tuhan juga dikatakan merupakan permulaan pengetahuan. (1:7). Dalam Pengkotbah, setelah semuanya dituliskan dalam 12 pasal, kitab ini pun ditutup dengan peringatan yang sama. "Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang." (ay 13). Mengapa? "Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat." (ay 14). Segala sesuatu yang kita perbuat, terlihat atau terselubung, nyata atau sembunyi-sembunyi, semua itu harus kita pertanggungjawabkan kelak. Karena itulah kita wajib menjalani hidup dengan sebentuk rasa takut akan Tuhan, yang akan mampu bertindak sebagai pagar untuk menjauhkan kita dari segala hal buruk yang bisa kita lakukan.

Kemurahan Tuhan akan selalu turun kepada orang-orang yang mengasihiNya dan taat mengikuti perintahNya. Dengan demikian sikap takut akan Tuhan pun akan mendatangkan berbagai berkat. Sepanjang kitab Amsal kita bisa mendapatkan berbagai bentuk kemurahan Tuhan yang dicurahkan kepada siapapun yang menerapkannya. Lihatlah beberapa diantaranya:
- Memperpanjang umur
"Takut akan TUHAN memperpanjang umur, tetapi tahun-tahun orang fasik diperpendek." (Amsal 1:7)
- Ketentraman dan perlindungan
"Dalam takut akan TUHAN ada ketenteraman yang besar, bahkan ada perlindungan bagi anak-anak-Nya." (Amsal 14:26)
- Terhindar dari jerat maut
"Takut akan TUHAN adalah sumber kehidupan sehingga orang terhindar dari jerat maut." (Amsal 14:27)
- Membuat kita mampu menjauhi kejahatan
"Dengan kasih dan kesetiaan, kesalahan diampuni, karena takut akan TUHAN orang menjauhi kejahatan." (Amsal 16:6)
- Janji akan kekayaan, kehormatan dan kehidupan
"Ganjaran kerendahan hati dan takut akan TUHAN adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan." (Amsal 22:4)
- Menjadi teladan bagi banyak orang
"Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji." (Amsal 31:30).

Dan sebagainya. Begitu banyak yang dijanjikan Tuhan sebagai hasil dari sikap takut akan Tuhan yang kita terapkan dalam kehidupan kita.

Di saat kita takut akan Tuhan, berserah dan memuliakanNya, sebenarnya saat itulah kita menunjukkan bahwa kita tahu siapa Dia sebenarnya. Kita tahu dimana posisi kita, bagaimana hubungan kita, yang diciptakan dengan Sang Pencipta. Takut akan Tuhan menunjukkan bahwa kita menanggapi perintahNya dengan sungguh-sungguh, dan kita memiliki kerinduan penuh untuk menyenangkan Tuhan dengan segala yang kita lakukan atau katakan, bahwa kita mendasarkan semuanya kepada Tuhan, kapanpun, dimanapun, setiap saat, setiap waktu. Nasihat takut akan Tuhan sesungguhnya sangatlah penting, begitu pentingnya sehingga nasihat ini berulang kali disebutkan baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Terapkanlah prinsip hidup takut akan Tuhan mulai sekarang, mari kita muliakan Tuhan dengan segala sesuatu yang kita perbuat. "Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang." (Pengkotbah 12:13).

Tidak seperti ketakutan duniawi, takut akan Tuhan akan membawa kita semakin dekat kepada Tuhan, bukan menjauh dariNya

Lebih dari PahlawanLebih dari Pahlawan


Ayat bacaan: Amsal 16:32

"Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota."

Pahlawan dimanapun dikenal dengan kegigihan mereka memperjuangkan sesuatu hingga titik darah terakhir. Tidak jarang para pahlawan ini harus gugur di medan perang, mengorbankan segala yang mereka miliki dalam berjuang. Karena itulah nama pahlawan akan selalu harum dikenal sepanjang masa. Coba lihat buku pelajaran adik-adik atau anak-anak kita, ada banyak nama pahlawan di sana dengan rincian perjuangan mereka. Tidak mudah untuk bisa menjadi seorang pahlawan. Semua orang ingin menjadi pahlawan, namun tidak semua orang bisa mencapainya. Tapi jika alkitab mencatat bahwa ada orang yang bisa melebihi kehebatan seorang pahlawan, atau bahkan melebihi orang yang berhasil merebut sebuah kota sekalipun seperti yang kita baca pada ayat bacaan hari ini: "Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota" (Amsal 16:32), itu artinya ada sesuatu yang sangat penting yang harus kita miliki dalam diri kita. Tidak semua orang bisa menjadi pahlawan, tapi semua orang bisa lebih dari pahlawan. Itu kata alkitab. Hal itu tidak lain adalah kesabaran.

Sadarkah anda bahwa kita hidup di jaman yang menuntut segala sesuatu serba cepat? Makanan fast food terus tumbuh subur. Koneksi internet harus berkecepatan tertinggi, mobil harus secanggih mungkin, bermesin besar dan bertenaga besar agar bisa mendorong kendaraan untuk melaju sekencang-kencangnya. Buruh dituntut bekerja secepat-cepatnya dengan upah yang serendah mungkin. Jasa kurir terus berlomba menyediakan layanan paling cepat, sehari sampai ke seluruh pelosok daerah, jika tidak maka mereka akan tertinggal dan dilupakan orang. Orang tidak lagi sabar menghadapi kemacetan dan antrian. Jika dulu dikatakan time is money, sekarang time is a lot more than money. Anda ingin sukses? Cepatlah bertindak. Demikian kata seorang motivator. Semua ini membuat kita terus berlomba untuk semakin cepat. Efek sampingnya, kita terbentuk menjadi orang-orang yang tidak sabaran dalam segala hal, termasuk dalam hal rohani.

Lihatlah ketika kita berdoa meminta sesuatu kepada Tuhan. Kita seringkali tidak sabaran dan terus mendesak Tuhan untuk memenuhi kehendak kita. Jika Yesus mengajarkan "jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.", yang menekankan kepada kehendak Tuhan lebih dari kehendak manusia manapun di bumi ini, kita justru bertindak sebaliknya. Jika Tuhan tidak segera menjawab, kita pun bisa bersungut-sungut bahkan meninggalkan Tuhan dengan segera, lalu pergi menuju alternatif-alternatif sesat yang ditawarkan dunia. Begitu tidak sabarnya manusia, sehingga hidup pun tidak lagi bisa nyaman, karena kita terus saja dikejar-kejar waktu.

Firman Tuhan hari ini mengajarkan sesuatu yang sangat penting. Di mata Tuhan, kesabaran itu memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan iman kita. Begitu penting hingga dikatakan bahwa orang yang sabar itu akan melebihi seorang pahlawan sekalipun. Orang yang mampu menguasai dirinya akan lebih besar dari orang yang mampu merebut sebuah kota sekalipun. Hidup di dunia yang menuntut serba cepat membuat kita sering melupakan firman Tuhan yang menekankan kesabaran terhadap segala sesuatu. Sabar menderita, sabar menghadapi fitnahan, sabar menghadapi segala sesuatu termasuk menunggu datangnya pertolongan Tuhan. Itu semua akan membuat iman kita bisa terus bertumbuh.

Yakobus berbicara panjang lebar mengenai kesabaran ini. "Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi." (Yakobus 5:7). Perhatikan, bukankah petani juga tidak langsung menuai hasil setelah lelah menanami lahannya? Jika petani saja harus menunggu hingga apa yang mereka tanam bisa menghasilkan sesuatu, maka kita pun hendaklah demikian. "Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat!" (ay 8). Apa yang harus kita lakukan bukanlah bersungut-sungut atau saling mempersalahkan. (ay 9). Dan Yakobus pun mengingatkan kita untuk meneladani "penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan." (ay 10). Hidup mereka tidaklah mudah. Namun mereka semua menghadapi segalanya dengan kesabaran yang berakar pada keyakinan penuh akan Tuhan yang setia. Yakobus bahkan mengambil contoh Ayub, yang mendapat penderitaan begitu berat, namun pada akhirnya kita tahu apa yang terjadi. "Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan." (ay 11).

Sebutlah nama para orang pilihan Tuhan, maka kita akan bisa belajar dari kesabaran mereka. Abraham, Nuh, Musa, Yusuf, Daniel dan sebagainya hingga para rasul di Perjanjian Baru, mereka semua telah membuktikan bahwa iman yang teguh adalah iman yang selalu didasari dengan kesabaran. Memang sulit untuk bisa melatih diri agar mampu bersabar, namun sesulit apapun itu, kita bisa melakukannya. Tuhan tahu apa yang terbaik bagi kita, jauh lebih tahu dari apa yang kita anggap terbaik bagi diri kita sendiri. Karena itulah kita seharusnya menyerahkan segala sesuatunya ke dalam tangan Tuhan, biarlah kehendakNya yang terjadi dan bukan kehendak kita, dan untuk itu dibutuhkan kesabaran. "Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar." (Yesaya 59:1) Apa yang harus kita lakukan adalah melatih diri kita untuk bersabar dan terus berjalan dengan iman. Pada saat yang tepat dan terbaik, tangan Tuhan akan terulur untuk melepaskan kita dari masalah apapun. "Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir" (Ibrani 6:19). Dengan demikian jalanilah hidup dengan pengharapan penuh. Meski jawaban tidak anda dapatkan hari ini, bersabarlah dan terus pegang janji Tuhan. Sebuah kesabaran akan membuat kita menjadi orang benar yang lebih berharga dari seorang pahlawan di mata Tuhan, karena dalam kesabaran terkandung keyakinan yang didasarkan pada iman. Jalankan apa yang bisa kita lakukan, lakukan sebaik-baiknya, dan lakukan dengan kesabaran. Pada saatnya nanti, kita akan bersukacita karena kesabaran ternyata mampu membawa kita menuai segala janji Tuhan.

Orang sabar melebihi seorang pahlawan

Selasa, 09 Maret 2010


Ibrani 11:3

"Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat." Tuhan menggunakan kata-kata untuk mencipta. Dia menggunakan firman-Nya untuk "menjadikan" alam semesta. Lihatlah dan hitunglah berapa banyak frase "Berfirmanlah Allah" dituliskan di kitab Kejadian pasal pertama. Cukup banyak bukan? Tuhan tidak melakukan apapun tanpa lebih dahulu mengatakannya. Itulah cara kerja-Nya, modus operandi-Nya. Dan jika Anda mengerti hal ini maka Anda seharusnya menggunakan cara kerja-Nya. Anda akan mengambil perkataan-Nya dan mengucapkan sampai itu menjadi sebuah kenyataan dalam hidup Anda.

Mungkin ada diantara Anda yang berkata, "Saya sudah mencoba melakukan hal itu berpuluh-puluh kali dan tidak ada perubahan. Saya tetap tidak mengalami kesembuhan total padahal saya memperkatakan bahwa ‘saya sembuh' lebih dari 10 kali."

Tuhan mulai mengatakan di Taman Eden bahwa Yesus akan datang. Dia mengatakannya lagi di Kitab Kejadian. Dia mengucapkannya lagi di Kitab Bilangan dan Ulangan. Dia menyampaikannya di Kitab Yesaya dan buku-buku nabi lainnya. Dia mengatakannya di sepanjang Perjanjian Lama berulang kali. Kemudian, setelah kira-kira 4.000 tahun, Kitab Yohanes memberitahukan kita, "Firman itu telah menjadi manusia dan diam diantara kita." Jadi, jika kita telah berkata bahwa Anda sembuh sebanyak 10 kali dan tidak terjadi apa-apa, janganlah cemas. Teruskanlah ucapan itu! Anda mungkin akan menyangka akan diperlukan waktu yang lama untuk mewujudkan semua itu, tetapi percayalah hal itu takkan sampai ribuan tahun.

Maukah Anda bekerja dalam kuasa Tuhan? Gunakanlah cara kerja-Nya. Ucapkanlah kata-kataNya dan biarlah itu menciptakan suatu hidup yang penuh berkat bagi Anda.

Memperkatakan Firman Tuhan dan mengimaninya adalah kunci agar kita dapat mengalami mukjizat di dalam kehidupan ini.

hikmat dari Tuhan melebihi dari segalanya




















“ Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas.” Amsal 3:13-14

Menurut pendapat umum, orang yang mampu menyelesaikan studinya pada tingkat tinggi akan dianggap sebagai orang berhikmat, contoh: orang yang menyelesaikan studi sampai SMA dianggap memiliki hikmat lebih rendah dari seorang sarjana (S1), sedangkan yang berijazah S1 masih kalah hikmatnya dari lulusan master (S2), dan seterusnya. Itu menurut pemikiran kita ! Dalam hal pengetahuan dan juga kecerdasan intelektual memang mereka memiliki tingkat yang berbeda, tetapi orang yang lulus sekolah belum tentu mempunyai 'hikmat' seperti yang dimaksudkan dalam Alkitab. Kata hikmat yang dimaksud dalam ayat di atas adalah wahyu dari Tuhan. Perihal hikmat ini tidak pernah terpikirkan oleh orang dunia. Bagi mereka, kecerdasan dan keahlian (skill) sudah lebih dari cukup.

Hikmat (wahyu) hanya dapat kita peroleh apabila kita memiliki hati yang takut akan Tuhan; artinya ketika kita taat melakukan segala kehendak Tuhan, hikmat itu akan diberikan kepada kita. Oleh karenanya kita harus berusaha mendapatkan hikmat itu. Bagaimana caranya ? “...jikalau engkau menerima perkataanku dan menyimpan perintahku di dalam hatimu, jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam, maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan Tuhan dan mendapat pengenalan akan Allah. Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulutNya datang pengetahuan dan kepandaian.” ( Amsal 2:1,4-6 ).

Sebagai orang percaya, di dalam hidup kita ada Roh Kudus yang adalah sumber hikmat itu. Tetapi apabila kita hidup dalam kedagingan, hawa nafsu dan tidak mau tunduk kepada kehendak Tuhan, kita telah memadamkan Roh Kudus yang ada di dalam diri kita. Akibatnya hikmat tidak kita dapatkan, padahal Roh Kuduslah yang memberikan hikmat itu kepada kita. Sebaliknya, jika hidup kita dipenuhi Roh Kudus, kita akan mengerti apa kehendak dan isi hati Tuhan.

Senin, 08 Maret 2010

KITA AMAN DALAM NAUNGAN TUHAN


NAMA : Jefpri Harahap

Khotbah : minggu Pilang 14 Maret 2010


KITA AMAN DALAM NAUNGAN TUHAN

Perikop Pembahasan (MAZ 63:1-12)

Introduksi Setiap manusia memerlukan yang namanya aman atau kebebasa, misalnya aman dalam setiap perjalanan, bebas dari setiap persoalan, harapan manusia ingin selalu aman setur-menerus. Dalam pasal ini kita bisa melihat, di mana Daud membutuhkan suatu pertolongan, karena Daud pada saat itu berada di padang gurun Yehuda (ay 1). Di mana pada waktu itu, Daud dalam menghadapi suatu ketakutan yang sangat, karena ia pada waktu itu di kejar oleh Saul (I Sam 23:14-28). Dan pada waktu itu Daud sangat merasa ketakuta, karena Saul telah kelur untuk bermaksud untuk mencabut nyawanya(I Sam 23:15). Ketakutan yang dialami oleh Daud pada waktu itu, membuktikan bahwa kekuatannya hanya terbatas.

Orang yang benar-benar menyadari kekuatannya terbatas, pasti dengan kerendahan hatinya pasti akan menyadari, bahwa tampa pertolongan Tuhan, semuanya akan sia-sia. Dan dalam pasal ini menceritaan bagai mana pemazmur ini melukiskan kerinduan mendalam hati manusia kepada Allah, suatu kerinduan yang hanya dapat dipuaskan oleh hubungan yang intim dengan Dia (ayat 4). Jadi perlu di sadari bahwa Orang yang mengaku mengenal Allah perlu meneliti dirinya dengan bertanya sebagai berikut: Apakah saya sungguh-sungguh sangat merindukan Allah dan kehadiran-Nya di dalam hidup saya?

Kalimat Penghubung orang yang bebenar menyadari kekuatannya sejauh mana, pasti ia akan menyadari tampa Tuhan, dia tidak akan mampu. Hal kesadaran dirilah yang di miliki oleh Daud pada waktu itu, sehingga ia berkata ” jiwaku haus kepadamu Tuhan” (ayat 2B)

Maksud dan Tujuan Supaya setiap orang percaya tau, bahwa hanya dari Tuhan kita akan mendapatkan pertolongan, dan mendapatkan kelengaan.

Kalimat Transisi BAGAI MANA SIKAP KITA KETIKA KITA AMAN DALAM NAUNGAN TUHAN?

Proposisi Berita OLEH KARENA PEMELIHARAAN TUHAN BAGI KTA, SEHINGGA KITA MAMPU UNTUK MELAKUKAN SEGALA SESUATU

PENJABARAN BERITA:


1. MEMILIKI HATI YANG SELALU RINDU KEPADA

TUHAN (ayat 2,7 dan 9)

Itroduksi Poin Orang yang benar-benar merasakan pertolongan Tuhan itu pasti memiliki hati yang rindu kepada Tuhan. Namun orang yang tidak menyadari pertolongan Tuhan dalam hidupnya, pasti dia tidak mau tau akan kasihnya Tuhan. Dari pasal ini menjelaskan bahwa Daud menyadari akan cinta kasih setia Tuhan, sehingga Daud berkata “ Jiwaku melekat kepada-Mu, karena tangan kanan-Mu menopang aku” (aya9). Ini membuktikan bahwa Daud sangat menyadari akan pertolongan Tuhan tersebut. Dan di perikop ini Pemazmur mengalami kehausan dan kerinduan akan Allahnya seperti orang yang terjebak dalam kegersangan hidup (ayat 2). namun , pemasmur menyadari bahwa Allah hidup dan nyata selalu dapat dihampiri oleh karena kasih-Nya. Sejauh manakah pengenalan kita dan kerinduan kita kepada Tuhan?

Namun yang menjadi pemisah antara kita dengan Allah ialah segala kejahatan kita, dan yang membuat Dia menyembunyakan diri terhadap kita, sehingga Ia tidak mendengar segala dosa kita (Yes 59:2). Inilah yang membuat kita sering terpisah hubungan dengan Tuhan. Kesadaran diri kita akan membawa kita pada pengenalan diri kita bahwa siapa diri kita di hadapan Tuhan. Dengan menyadari akan hal ini, kita akan berpikir yang benar akan Tuhan.

Pelitian/Analisa ayat Ayat 7 ini memberikan penjelasan bahwa Bersamaan dengan doa dan membaca Firman Allah, kita harus berusaha memusatkan pikiran kita kepada Allah siang dan malam. Kita harus mengingat bahwa Allah tidak boleh menjadi suatu peristiwa yang kadang-kadang kita rasai, tetapi suatu pengalaman berulang-ulang tentang memandang ke langit dengan pujian, mengakui kehadiran dan ketuhanan-Nya, dan bersekutu dengan Dia. Tidak ada yang lebih baik ketika bangun pagi daripada memikirkan anugerah, sifat, kasih, dan rencana-Nya untuk kita dan berbuat demikian pula ketika hendak tidur pada malam hari. Bila kita tidak bisa tidur pada malam hari, kita kembali dapat mengarahkan pikiran dan hati kita kepada Allah.

Renungkan: Mari kita menyadari betapa pentingnya untuk tinggal dalam hadirat Tuhan. Dan betapa pentingnya juga memiliki hati yang selalu merindukan kasih setia Tuhan

2. MEMILIKI HATI YANG SELALU BERSYUKUR PADA

TUHAN (ayat 4, 6,8)


Itroduksi Poin Orang yang mampu bersukur adalah orang yang betul-betul menyadari akan pertolonngan Tuhan, dan merasakan kebaikan Tuhan, oleh karena itu Daud berkata di ayat 8 “Sungguh Engkau telah menjadi penolongku, dan dalam naungan sayap-Mu aku akan bersorak-sorak”. Ayat ini merupakan ungkapan dari Daud sendiri karena Daud merasakan nyata sungguh penyertaan Tuhan itu dalam hidupnya. Allah selalu memberikan jalan keluar bagi Daud. Bagai mana dengan kita saat ini? Mampukah kita mengucap syukur pada Tuhan?

Orang yang mampu bersukur dan memuji Tuhan, mereka pasti menyaksikan kebesaran-Nya. Dan kemanapun kita berada kita akan menyaksikan kebesaran Tuhan. Hal inilah yang di rasakan Daud pada saat itu, ketika Tuhan membebaskan dia, Daud berkata “Sebab Engkau memuaskan jiwaku seperti makanan yang lezat, ayt 6, sehingga aku haus akan di Kau ayat 2c.


KESIMPULAN Mari kita sadari bahwa Tuhanlah yang mampu membebaskan kita dari setiap persoalan kita, masalah kita dan Dia selalu member jalan keluar bagi mereka yang sungguh-sungguh berharap pada-Nya.

“Amin”

Minggu, 07 Maret 2010

TUHAN ITU BAIK

TUHAN ITU BAIK

NAHUM 1:7-8


Kitab nubuat yang singkat mengenai kebinasaan Niniwe yang akan datang ini di tulis oleh seorang nabi yang namanya berarti “penghiburan”. Tidak diketahui data yang lengkap tentang pribadi Nahum kecuali bahwa ia berasal dari Elkosy (1:1). Nahum hidup sejaman dengan nabi Yeremia. Masa itu, nubuat kenabi­an sejati mengisyaratkan ancaman Allah terhadap umat Israel yang berdosa. Namun, kitab Nahum justru membangun pengharapan umat Israel akan karya penyelamatan Tuhan.

Pada zaman dahulu bangsa Asyur terkenal sangat kejam terhadap tawanan perang mereka. Setelah menyerbu kota, mereka tanpa belas kasihan dan tanpa mengenal ampun mereka bantai yang jumlahnya ratusan orang. Ada beberapa sisa dari orang yang mereka tangkap dan dibawa dan ketika dalam perjalananpun mereka banyak yang tewas akibat perjalanan yang berat dan sangat melelahkan (bdg.3:3). Penduduk Niniwe me-nindas negeri-negeri lain, menyembah berhala, dan melakukan berbagai tindakan jahat. Satu abad sebelumnya, Yunus diutus untuk berkhotbah di kota Asyur, Niniwe. Dan untuk masa yang singkat orang Asyur bertobat dari dosa-dosa mereka, tetapi kemudian itu mereka kembali kecara hidup mereka yang kejam. Tuhan sangat baik bagi bangsa Niniwe,dan Tuhan juga mengasihi mereka. Buktinya Tuhan mengutus para nabi untuk menyampaikan pesan kepada mereka, supaya mereka berbalik dari jalan mereka yang salah. Bangsa Niniwe atau Asyur selalu diperingatkan oleh Tuhan. Namun mereka tetap mengambil jalan yang salah.

Pasal 1 (Nah 1:1-15). Nahum memberitakan hukuman atas bangsa Niniwe.
Dalam bagian ini Nahum melukiskan kebesaran Allah sebagai raja yang sabar dan berkuasa atas seluruh dunia. Tetapi Allah juga adil dan suci, sehingga Ia menghukum kejahatan. Allah bukanlah Allah yang tidak adil. Dia menyediakan perlindungan, pertolongan, dan penghiburan bagi mereka yang percaya kepada-Nya, tetapi Dia juga mengirimkan penghakiman terhadap mereka yang tidak menaati perintah-Nya.

TUHAN SANGAT BAIK DALAM SETIAP LANGKAH-LANGKAH HIDUP KITA

v Melalui kitab Nahum ini, kita akan melihat mengapa Tuhan baik itu baik kepada kita?


1. Karena Tuhan tempat pengungsian/ perlindung kita (ay.7a)

Perlindungan adalah kebutuhan mutlak setiap insan. Setiap hari kita diperhadapkan dengan situasi di mana perlindungan adalah kebutuhan yang tidak dapat ditawar. Dunia yang kita tinggali ini tidak ubahnya seperti hutan belantara yang penuh dengan binatang buas dan ular berbisa. Berbagai hukum dicoba untuk diterapkan, namun hukum rimbalah yang menjadi pilihan terbaik. Yang menang tertawa terbahak-bahak, sedangkan yang kecil dan lemah terinjak dalam keadaan tak berdaya. Apakah hukum yang benar tidak ada lagi kekuatannya? Jangan kecil hati, sebab Alkitab menyatakan bahwa hanya Tuhan pembuat hukum yang adil (Yak. 4:12). Dan Ia telah memberikan jaminan perlindungan kepada manusia. Seperti Pemazmur berkata, "Allah itu bagi kita TEMPAT PERLINDUNGAN dan KEKUATAN, sebagai PENOLONG dalam kesesakan sangat terbukti" (Mzm. 46:2). Memang Tuhan itu baik, oleh sebab itu Nahum 1:7, mengatakan Tuhan itu baik pada awal kalimat sebelum memberitahu bahwa Tuhan itu tempat perlindungan pada saat kesusahan. Sebab memang Tuhan itu baik. Tidak peduli anda itu siapa, dan asal-usul dari mana, asalkan berlindung padaNya dengan sungguh-sungguh pasti Tuhan tolong. (Mzm.9:10; Mzm.14:6; Mzm.37:39; Mzm.64:4; Mzm.62:9).

Allah adalah tempat perlindungan bagi setiap badai hidup kita. Bila Anda sedang dikejar-kejar oleh badai masalah, Allah menyediakan perlindungan-Nya. Jangan mencoba mengatasi dengan kekuatan sendiri atau mencari perlidungan di tempat lain sebab semuanya itu pastilah mengecewakan. Berlindunglah pada Allah yang berkuasa. Semua orang yang percaya dan berlindung pada Tuhan, tidak akan pernah dikecewakan-Nya dan tidak akan mendapat malu (Mzm71;7;31:2).

2. Karena Tuhan mengenal kita (ay.7b)

Dalam KJV disebutkan bahwa ”Tuhan mengenal orang-orang yang berharap dan percaya kepadaNya”. Ini berarti Tuhan mengenal semua orang yang menaruh kepercayaannya kepa Tuhan. Tuhan mengenal setiap kita sampai kelubuk hati kita sekalipun, Tuhan tahu dan kenal siapa kita. Bagaiman kita dapat dikenal Allah? 1Korintus 8:3 mengatakan, “Tetapi orang yang mengasihi Allah, ia dikenal oleh Allah.” Dengan mengasihi Allah dengan sungguh-sungguh maka kita akan dikenal oleh Allah.

Apa tandanya kita mengasihi Allah? Yohanes 14:15 menuliskan, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” Pada saat itu yang terjadi di Niniwe sangat bertolak belakang dengan apa yang Tuhan perintahkan. Jika kita mengasihi Allah, maka kita harus menuruti segala perintah Allah. Orang yang hidup menuruti perintah Allah, orang tersebut akan dikenal oleh Allah. Allah akan menjadi tempat perlindungannya dan pertolongan Tuhan selalu tersedia baginya. Taatlah seperti Sadrakh, Mesakh dan Abednego tidak peduli harus mati, ia tetap memilih mengasihi Tuhan dengan sungguh-sungguh karena itulah Allah telah menjadi perlindungannya. (Mzm.139:1b-6;Yoh.10:14-15;2 Tim.2:19;

Kesusahan yang kita hadapi, Tuhan tahu dan Tuhan peduli. Dikenal oleh Allah adalah sesuatu hal yang indah, pada saat akhir jaman akan banyak orang kristen bahkan mereka yang melayani dengan heran akan diusir dari kerajaanNya kerana Tuhan tidak mengenal mereka (Matius 7:22-24). Tatapi kita dikenal oleh Tuhan, jika kita dikenal oleh Tuhan untuk apakah lagi kita ragu-ragu akan perlindungan dan pertolonganNya?


3. Karena Tuhan pasti menolong kita (ay.8a)

Dalam ayat yang ke 8a, memang tidak ada kata menolong, namun kalau di lihat dari kata-kata ”dan menyebrangkan mereka pada waktu banjir”, memiliki arti bahwa Tuhan akan menolong, Tuhan bertindak bagi setiap anak-anaknya yang berada dalam kesulitan, kesusahan dan berbagai kondisi yang terjadi.

Kepicikan, kesusahan, masalah, persoalan sering kali dialami oleh manusia, tidak terkecuali oleh anak-anak Tuhan. Mungkin sebagian orang akan bertanya mengapa ada kesusahan? Dan mengapa anak-anak Tuhan juga mengalami persoalan? Kesusahan atau persoalan kadang kala datang tidak kita sangka-sangka, kadang kala juga datangnya dapat kita perkirakan. Kadang juga disebabkan oleh diri kita sendiri, tetapi banyak juga yang tidak disebabkan oleh diri kita sendiri, melainkan oleh orang lain, alam, keadaan dan lingkungan. Tidak ada yang lepas dari kesukaran, bahkan orang fasik dan pembual hidupnya seakan enak dan tidak mengalami kesusahan manusia (Mazmur 73:4-5) tetapi sebenarnya mereka juga banyak mengalami kesusahan. Amsal 14:13 menjelaskan bahwa walaupun kelihatannya tidak mengalami kesusahan tetapi dalam hatinya penuh dengan kedukaan. Sering kali Allah mengijinkan anak-anaknya dengan kesusahan agar ia berbalik kepadaNya, seperti seorang Ayah menghukum dan menghajar anak yang ia kasihi (Ibrani 12:5-9), seperti itulah Allah mendatangkan kesusahan dalam hidup anak-anak Tuhan agar kita berbalik padaNya. (Yes.41:10;Mzm.33:20;Mzm.121:2;Rat.3:26).

Tuhan itu baik karena ia mendatangkan dan merencanakan segala sesuatu untuk kebaikan kita. Segala apa yang terjadi semua itu terjadi dalam kerangka rencana Tuhan untuk mendatangkan kebaikan dan kemuliaan namaNya. Asal kita percaya dan tetap bersandar kepadaNya sampai rencana itu terwujud, maka kita akan melihat hasilnya. Nama Tuhan itu identik dengan kebaikan, kesucian, dan keagungan. Itu artinya segala sesuatu yang ia berikan, pada akhirnya menunjukkan kebesaran dan keagungan namaNya itu. Tak pernah ada sesuatu yang diberikan Tuhan yang pada akhirnya mendatangkan kecelakaan dan kebinasaan bagi kita. Karena rancangan Tuhan adalah rancangan keselamatan, rancangan damai sejahtera.

Persoalannya adalah apakah kita mau sabar menunggu atau tidak? Banyak orang tidak sabar untuk menunggu rencana Tuhan itu terwujud. Mereka meminta dan menginginkan permintaan mereka itu terjadi secara instant. Semua rencana Tuhan selalu terjadi menurut waktu Tuhan. Karena Tuhan mempersiapkan semua itu terjadi pada waktunya. Segala sesuatu selalu memiliki urut-urutannya, memiliki prosesnya untuk mempersiapkan kita menerima kebahagiaan itu. Tanpa proses itu sendiri, kita tak mampu menikmati, tak mampu merasakan pemberian Tuhan tersebut.

Tuhan itu sangat baik bagi kita orang-orang yang berlindung pada-Nya, ketika datang kepada-Nya Ia pasti mengenal setiap apa yang terjadi dalam hidup kita dan lihatlah Tuhan bertindak menolong kita.

TUHAN YESUS MEMBERKATI. AMIN